Cerpen Ku

Cerpen Ku
Item Reviewed: Cerpen Ku 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Nih dia salah satu cerpen gw  yang pernah di posting di sebuah situs cerpen di internet , cuma lupa nama situsnya . Situs itu buat para penulis cerpen yang mau posting karya - karya mereka dan di lihat oleh semua penikmat cerpen di internet. Gak ada royalty nya sih saat itu, cuma cerpen kita jadi nampang aja tuh di internet and banyak dibaca banyak orang. Dan menambah teman juga sih jadinya, indahnya berbagi dan tetap berkarya. Lebih baik menulis hasil sendiri kan , dibanding harus copy paste karya orang. So keep writing dont plagiat. Tetap berkarya.... Semangat!!!





= Asam Manis Stella =

“Mau kemana lagi kamu Stell ?”.“Apa peduli mama bertanya kepadaku, toh biasanya mama hanya sibuk dengan urusan mama sendiri”.Bentak Stella dalam hati. Sambil berlari keluar rumah,Stella yang sudah mengganti seragamnya dengan T-Shirt dan jeans belelnya.

“Pokoknya elo datang aja dulu Cin ke tempat biasa, nanti gue ceritain semuanya!” Tukas Stella sambil menutup handphone lipatnya.
Sejam menunggu, Cindy pun datang dengan wajah penasarannya. “Ada apa sih Stell? elo kok keliatan kalut banget hari ini?” Cindy memulai topik pembicaraan. “Ya udah, elo pesen makanan aja dulu gue laper neh!”. “Udah deh Stell, mending elo cerita aja dulu daripada gue makin penasaran!”. “ Emm..emm..Doni Cin”, “iya Doni kenapa? ngomong yang jelas dong Stell!”. “Doni, gue liat dia di cafe berduaan sama cewek. Gue juga gak sengaja liat mereka, mereka mesra banget Cin. Gue gak terima!”.

Stella tak kuat menahan air matanya. “Stell, elo tenang dulu ya. Semuanya belum pasti kan !” “Tapi Cin apa belum jelas semuanya, karna selama sebulan ini Doni jauhin gue. Setiap gue sms n telepon untuk ketemu, pasti ada aja alasannya. Gue yakin mereka ada apa-apanya Cin. Gue mau nyelidikin mereka Cin, please bantu gue!”. Suara Stella parau.

“Iya, iya. Gue pasti bantu elo kok, sekarang elo tenang dulu ya. Semua pasti ada jalan keluarnya.” Cindy mengusap air mata Stella dan merangkul sahabatnya itu.

Jam 8 malam Stella sampai di rumah. Seharian berkeluh kesah dengan Cindy membuat hatinya sedikit plong.

Stella, kamu darimana?” ucap mama lembut. “Pergi sama Cindy ma!” Jawab stella ketus sambil menuang air putih ke dalam gelasnya. “Stell, mama mau bicara sebentar sama kamu. Kalau kamu ada masalah cerita dong sama mam! Oia Doni kok jarang kesini, kamu masih berhubungan kan sama Doni ?” Stella pun menenggak air putih yang di tuangnya. “Gak lagi ma!” jawaban Stella kecut. “Ya udah ma, Stella capek mau ke kamar.” Langkahnya di percepat menuju kamar. Mama hanya bisa menggelengkan kepala, melihat sikap anaknya itu yang semakin menjauh darinya.Stella membaringkan tubuhnya, sesekali ia membayangkan saat-saat pertama kali ia bertemu dengan Doni. Waktu itu ada penyuluhan anti narkoba dari kampus di sekolah Stella, dan Doni adalah salah satu panitia penyuluhan tersebut. Hingga akhinya bertemu Stella dan merekapun berkenalan. Setelah perkenalan itu hubungan mereka pun berlanjut dan mereka resmi jadian hingga sekarang hubungan cinta mereka di balut 8 bulan lamanya.

Hari ini terasa berat untuk Stella menuju sekolahnya. Tin..tin...suara klakson mobil Cindy. “Nah Stell,Cindy udah jemput tuh. Cepetan dandannya!” mama berseru dari ruang meja makan. Stella keluar dari kamar dan langsung menenggak segelas susu, memakan sepotong roti berbalut selai dan kismis buatan mama.

“Aku pergi dulu ma!”ucapan Stella dingin sambil mencium tangan mamanya itu. “permisi juga tante,” teriak Cindy dari dalam mobil. “Iya hati-hati ya nak.”Balas mama dengan senyuman.“Stell, kok kayaknya nyokap elo berubah ya?” “berubah apanya maksud lo!” “Iya, sekarang nyokap lo jadi sering di rumah, biasanya kan gue jarang banget ketemu tante Inge. “Gak tau tuh, udah 3 hari ini mama ada terus di rumah. Biasanya kan dia sibuk diluar sana.” Jawab Stella dingin. “Mungkin tante Inge kesepian Stell, dia kangen sama anak-anaknya. Mas Bimbim kan kuliah di Jogja n pasti jarang pulang. Tante Inge tuh pengen lebih deket lagi kali Stell sama lo!” Cindy menggebu. “Iya, gue akuin semenjak papa meninggal hubungan gue sama mama jadi renggang. Dan waktu kejadian tabrakan itu papa habis bertengkar sama mama Cin, lo tau kan! gue benci!” “Iya, gue ngerti Stell. Tapi itu kan gak sepenuhnya salah nyokap lo! kita kan gak akan tau apa yang akan terjadi sama bokap lo itu. Gue yakin pasti tante Inge juga merasa bersalah banget atas kejadian itu. Elo mau diemin dia sampai kapan Stell? gue gak tega liatnya.” “Udah lah Cin, bisa gak lo hari ini gak bahas tentang mama!” bentak Stella seketika.“Ok! Ok!,” Cindy mengalah. Mereka berdua saling diam dalam perjalanan.

“Terus, rencana kita hari ini apa Stell?” “gimana kalo sepulang sekolah kita ke kampusnya Doni Cin? gue mau tangkap basah mereka!” cetus Stella sambil melahap bakso pak tejo sang primadona di kantin sekolah. “Ya udah, gue sih ikut-ikut aja rencana lo! N kali aja nanti gue bisa dapet gebetan di sana.” “Ah dasar! saatnya serius tau.” “Iya, iya.Tapi kalo dapet, gak apa-apa ya! Hehe.ledek Cindy.

“Stell, Doni di fakultas apa sih?” “yang gue tau Doni di ekonomi Cin.” “Ya udah, kita langsung cari aja yuk.” Stella melangkah di depan Cindy. Bertanya, saat itu yang hanya ada di dalam benaknya. “Maaf mas, eh Kak! Nada Stella grogi. “Mau tanya, fakultas ekonomi sebelah mana ya?” cowok itu terdiam seperti sedang mengingat sesuatu. “Oh ekonomi, nanti kamu lurus aja terus, nanti ada gang sebelah kiri masuk terus, nah di situ nanti fakultasnya.” “Oh gitu, makasih ya kak.” “Iya sama-sama.” Cindy yang terpesona melihat wajah bening di depan mereka. “Woi Cin, ayo jalan!” Suara Stella mengagetkan Cindy. “Malu-maluin aja deh, jangan norak ah!” “habis tu cowok cakep Stell, elo mank gak liat apa badannya atletis banget.” “Iya, tapi kan kita mau jalanin misi kita. Jangan sampe berantakan cuma gara-gara lo ye! Hhuu.” Desak Stella.

“Kita nungguin sampe kapan neh Stell? Sampe sekarang si Doni belum keliatan juga batang hidungnya!” “Ya udah tunggu bentar lagi deh, gue yakin Doni pasti dateng kok.” “Mending lo telpon Doni aja sekarang.”

“Don, lagi dimana?” “Aku lagi di rumah Stell, hari ini gak ada kuliah. Ni mau anter mama belanja.” “Oh gitu, salam aja deh buat mama kamu ok see you.” “see you too.”

“Ah BeTe, katanya dia gak ada kuliah hari ini. Tapi setahu gue dia ada kuliah hari ini Cin. Jangan-jangan Doni bohong sama gue.” “Tuh kan gak ada orangnya, 2 jam sia-sia deh malah laper banget lagi.” “Ya udah, makan aja yuk!” ajak Stella dengan nada lesu. “Jangan lemes gitu dong girl, besok kan masih bisa.” Rayu Cindy dengan wajah lugunya.

“Besok jangan lupa jemput ya!” teriak Stella kepada Cindy yang mengantarnya pulang. “Ok deh sob!” “Hati-hati, daaaaah.”
“Jangan lupa main kesini loh Bal, Bimbim kan besok pulang ke Jakarta.Ok! Ok!, waalaikumsalam.” Nada mama riang sambil menutup telponnya. “Eh Stella kamu dah pulang nak!” “mas Bimbim mau pulang ke Jakarta ma?” “Iya. Mas mu kan sudah selesai sidang, jadi besok dia pulang katanya.” “wah seru dong!” Stella bahagia. “Makanya besok jangan keluyuran, langsung pulang ya nak. Kita kumpul bareng!” “Iya insyaallah.” Nada Stella dingin serentak ia langsung mengingat papanya. “Kumpul bareng? Tetap aja gak bisa bikin papa balik lagi!” serunya dalam hati.

Stella menghela nafasnya panjang. Malam itu badannya serasa capek sekali. Tidurnya di percepat dan pulas sampai pagi.

“Mas Bimbim besok ke Jakarta, beneran Stell? yes, asik.” “kok lo girang gitu sih? Wah lo pasti masih naksir ya sama mas gue?” “hehe.”senyum Cindy malu. “Ya gue kan bisa jadi kakak ipar lo jadinya, haha lucu kali ya?” “Idih ngareeep lo!” seru Stella mengejek. “Berarti kita gak ke kampusnya Doni dong hari ini?” “Iya, gue di suruh langsung pulang sama mama.” “Wah gue ikut ya!” “ikut kemana?” “Ya ke rumah lo lah! masa ke kuburan, yang bener aja lo! Kan sekalian ketemu mas Bimbim juga.” “Uuh dasar, centilnya gak ilang-ilang.” “Yee, biarin. Namanya juga usaha, hehe.” Cindy meledek.

Tiba-tiba Suara ringtone handphone Stella berbunyi. Lagu D’masiv yang judulnya jangan menyerah. Rupanya ada sms masuk. “Kenapa Stell?” tanya Cindy. “Nih, lo baca aja sendiri!” “Stell, nanti aku gak bisa jemput kamu ya n gak bisa ke rumah kamu juga. Ada kuis mendadak soalnya, habis itu aku di suruh mama anter dia ke rumah tante ku. Salam aja buat mama kamu dan mas Bimbim ya!” “Udah gue duga dia gak bakal dateng ke rumah, tega banget sih dia sama gue. Apa dia mank bener-bener gak mau ketemu gue Cin?” “sabar ya Stell.” Cindy menenangkan. “Kayanya hubungan gue sama Doni memang udah gak sehat Cin 1 bulan ini. Tapi gue juga butuh kepastian dari Doni.” “Ya udah, nanti kebenaran akan terungkap kok. Lo tetap semangat ya girl!” “thanks ya Cin, lo mank sobat gue yang paling baik.” “Iya, sama-sama.”

“Mas Bimbim!” Seru Stella bahagia. “Hei adek ku yang caem, apa kabar kamu?” “baik mas, seneng deh akhirnya mas pulang juga.” “Iya mas kan kangen sama adek mas neh, hehe.” “Oia ini pasti Cindy ya?” wajah Cindy yang tak tahan menunggu jabat tangan dari mas Bimbim. “Eh, iya mas. Apa kabar ?” “Baik Cin, Kalian berdua udah tambah besar ya n tambah cantik juga.” “Ah mas Bimbim mulai deh genitnya. Lo juga Cin norak ah, senyam senyum gak jelas gitu.” Goda Stella. “Ya udah, kita makan dulu yuk! mama udah masak spesial neh.” Makan siang yang cukup hangat dan menyenangkan. Sudah lama Stella dan keluarganya gak makan bersama di meja makan setelah papanya meninggal 2 yang tahun lalu.

“Oia, kalian mau kuliah dimana kalo sudah lulus?” mas kan sebentar lagi wisuda dek, jadi insyaallah gak lama lagi kerja.” “Mas bakal tinggal di Jakarta lagi kan mas?” “Iya mas mau kerja di Jakarta aja. Oia Doni kok gak ke sini? Dia ternyata satu kampus loh sama sahabat mas.” Dia katanya ada kuis dadakan mas jadi gak bisa dateng deh n katanya salam aja buat mas sama mama.” “Oh gitu, ya udah ga apa-apa besok-besok juga bisa kan.” “Eh, iya. Hhee. Senyum Stella kecut. 8 bulan yang lalu Doni memang akrab dengan mama dan mas Bimbim. Tapi sebulan belakangan ini Doni berubah drastis, dia seperti menjauh dari Stella seolah tak mau diganggu lagi olehnya. Makan siang selesai Cindy pun berpamitan pulang. Stella dan mas Bimbim mereka berdua pergi ke taman belakang rumah. Sudah lama sekali Stella gak duduk di ayunan belakang rumahnya. Sudah lama juga Stella gak berkeluh kesah dengan mas Bimbim. Kangen rasanya, di peluknya mas Bimbim erat. Setelah kepergian papa hanya mas Bimbim yang bisa menghiburnya. “Oia dek, Doni sebulan lalu pernah ke Jogja gak?” “hah Jogja, setahu aku gak mas. Memangnya kenapa?” “Ah gak apa-apa kok, Cuma tanya aja. Tapi hubungan kalian baik-baik aja kan dek?” wajah Stella memucat. “Emmm, iya baik-baik aja kok mas.” “Ah kok jadi ngomongin Doni terus sih mas! Ngomongin mas dong di Jogja udah punya pacar belum?” Stella mengalihkan pembicaraan, walaupun pikirannya terpaku pada Doni. Ia tak ingin masalahnya dengan Doni diketahui mas Bimbim. “Belum ada dek, belum ada yang cocok.Hehe.” “Masa sih mas? Memang yang kaya gimana lagi sih yang cocok buat mas ku ini?” Stella mencubit pipi mas Bimbim. “Emm, yang lucu, cute, yang masih SMA kayaknya cocok tuh, hhe.” “Whaaat?” Ucap Stella kaget. “Jangan bilang kalo mas suka sama Cindy?” Mas Bimbim tersenyum malu.

“Dek, udah rapih belum?” “sebentar mas!” teriak Stella dari dalam kamar. Bim, jangan lupa ajak Ikbal kesini kapan-kapan! mama kangen juga sama dia. “Ikbal itu siapa sih?” Tak sengaja Stella menguping pembicaraan. “Ah, nanti juga kamu tahu dek masih rahasia dong.” “Ah main rahasia-rahasian, BeTe ah!” “Ya udah cepet berangkat udah siang tuh!” mama menyela. Stella berpamitan dan di antar Bimbim ke sekolah.

“Iya Cin, elo gak usah jemput ya, kan gue di anter mas Bimbim. Tunggu di depan sekolah aja ya! Ok sampe ketemu.” Stella menutup handphonenya. “Kenapa senyam senyum? Pasti mas sengaja mau ketemu Cindy kan di sekolah? Ayo ngaku aja deh!” Mas Bimbim tersipu malu. “ah mas Bimbim mah gampang di tebak, hhu.” “Kalo Doni gampang di tebak gak dek?” wajah Stella serentak memucat. “Kamu sayang ya dek sama Doni?” “Kok mas tanyanya gitu? Mas kan tahu kalo Doni itu cinta n pacar pertama aku.” “Tapi mas salut sama kamu dek!” “maksud mas apa?” ah gak kok, mas Bimbim langsung mengalihkan pembicaraan. Tiba-tiba handphone mas Bimbim berbunyi. “Ok bro, gue jadi kesana kok. Ok!” “Siapa mas?” “Teman mas dek.” “Oh!” Stella tak mau banyak bertanya.

“Duh, seneng banget kayaknya yang habis ketemu mas Bimbim, hehe.”Ledek Stella kepada Cindy. “Oia Cin, elo mau tau gak?” “tau apa Stell?” “ah gak usah deh nanti aja.” “tuh kan, lo tu bikin gue penasaran terus deh! Apaan sih?” “nanti aja ah, nanti gak seru!” “Ih dasar Stella nyebelin!” Tiba-tiba wajah Stella murung. “Gue jadi keingetan waktu mas Bimbim tanyain Doni Cin. Udah sebulan gue gak ketemu Doni n dia selalu aja alasan kalo gue ajak ketemu. Gue harus ke kampusnya hari ini Cin, harus pokoknya! Sebulan ini gue udah kayak orang bego, gue pengen tau kepastian dari Doni!” “Iya, iya Stell. Lo sabar ya! Ntar pulang sekolah gue anter lo ke kampus Doni ya.”

“Lo yakin Stell, Doni masih ada di kampus? Kan udah siang gini.” “Iya gue yakin Cin, kalo dia gak ada kita samperin ke rumahnya sekalian.” Stella mulai bertindak nekad. Wajah Cindy semakin heran. Tiba-tiba terlihat 2 sosok laki-laki dan perempuan jalan menuju ke arah mereka. “Loh Cin, itu kan Doni! n itu cewek yang bersama Doni waktu gue liat di cafe. Gue harus ngomong sama mereka.” Stella berlari ke arah Doni. “Donii!” “Sssstella!” suara Doni panik. “Kamu ngapain di sini?” “ini siapa Don?” Stella mengintrogasi. “Ini siapa sih Beb?” cewek itu bersuara. “Loh, aku yang harusnya tanya sama kamu, kamu itu siapa?” Stella ngotot. “Loh, aku ini calon istrinya Doni! Bulan depan kita berdua akan menikah.” Cewek itu menegaskan.

“Doniiiiiii!” Teriak Stella sekeras-kerasnya saat tersadar dari pingsannya. “Stell, tenang Stell. Cindy menenangkan. “Dek, kamu tenang dulu ya.” Mas Bimbim pun menenangkan. Doni dimana Cin? yang tadi gue dengar gak bener kan? Iya kan Cin?” Stella terisak-isak. Mama pun menenangkan Stella sambil menunggu dokter datang dan memberinya obat penenang.

“Jadi mereka MBA mas? Ya ampun!” “Iya makannya mas sengaja pulang ke Jakarta untuk memastikan, ternyata benar Doni brengsek.” Mas yang menyuruhnya menjauhi Stella pelan-pelan, tepatnya ya sebulan belakangan ini. Mas juga di bantu sahabat mas yang satu kampus sama Doni. Dia yang selalu beri kabar mengenai Doni ke mas.” “Jadi tante Inge juga udah tau semuanya.” Cindy tercengang.
Satu bulan kejadian itu, membuat Stella berangsur-angsur bisa survive.Keberadaan mas Bimbim dan Cindy membuat Stella semakin mengerti dan berusaha menerima kenyataan hidup.

Stella mengendarai mobil saat itu. “Awwww”, tiba-tiba stella menyerempet seseorang. “Aduh gawat Cin, gue nabrak orang Cin, gimana neh? Ayo tolongin gue dong!” Ya ampun kamu gak apa-apa kan?”Tanya Stella panik sambil mengangkat tubuh orang yang ditabraknya itu.”Gak apa-apa kok!” “Kkamu cowok yang waktu itu kan?” “Udah deh stell,mending dibawa ke dokter dulu.”Ajak Cindy.
“Iya mas pokoknya dateng aja ke rumah sakit sekarang juga, aku nabrak orang mas please tolongin aku!” tak lama mas Bimbim dan mama tiba di rumah sakit. “Lho, Ikbal!” “tante” “jadi kalian? Wajah Stella bingung. “Iya ini tuh sahabat mas dek.” “ini juga yang bakal kami jodohin sama kamu sayang”,tegas mama. “Jadi, Ikbal ini yang dulu sering jahilin aku? Jadi Dia ini Iik teman kecil ku dan mas Bimbim?sekaligus cinta monyetku.”


Baca Juga Kumpulan Puisi - Puisi Ane
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments: